ads

Ads

ads

Sunday, September 24, 2017

Lapo ni Namborunta boru Pasaribu (Lapo artinya warung)


Model : Yarmiratih Tambunan
Model : Boru Tambunan

Dalam rangka menyongsong program BODT Samosir dan untuk meliput kesiapan ekonomi mikro disana, satu tim liputan sebuah stasiun televisi datang ke sebuah desa dekat Parapat. Mereka menghampiri salah satu warung disana namanya "Lapo ni Namborunta boru Pasaribu Buit Nangge".

Setelah berbasa-basi, sang reporter mewawancarai pemilik lapo tsb namanya Namboru Intan boru Pasaribu, dan camera mulai running.

Rep.: “Namboru, sudah lama buka lapo ini? Apa saja saja (dijual) di lapo ini?”

Namboru: ”Saya mulai membuka lapo ini sejak bapaknya anak-anak meninggal dunia diseruduk kerbau lima tahun lalu. Di sini mah gitu aja, kopi, saksang, arsik, lampet, sayur daun ubi, dll ...”

Rep.: “Sudah lima tahun! Emang margin-nya cukup, sampe bisa bertahan lima tahun? Margin itu keuntungan, Namboru.”
(Sang Reporter menerangkan dengan yakinnya)

Namboru: “Begini. Saya membangun platform bisnis ini karena di sini market-nya memang ada dan belum terpenetrasi oleh jaringan pemodal besar dari kota. Bisnis ini tidak semata-mata untuk meng-capture margin, tapi saya ingin platform ini sebagai anchor of business atau market maker di kampung ini. Saya juga ingin lapo ini jadi semacam marketplace of ideas bagi warga kampung ini.”

(Si Reporter kaget dengan penjelasan Namboru Tiur)
Rep.: “Maksud Namboru ?”

Namboru: “Kan kalo mereka ngumpul, suka ngobrol, sharing informasi lah. Dengan informasi itu saya jadi tahu produk apa saja yang preferable ke depannya.”

(Si Reporter jadi minder)
Rep.: “Ada yang suka ngutang, Namboru?”

Namboru: “Ada. Tapi, salah satu tujuan saya buka lapo, spy bisa men-deliver confidence bagi warga kampung, para petani atau orang-orang yang lewat, mereka tetep bisa makan walau sedang tidak punya uang. Yang penting, mereka bisa survived bekerja, platform ini tetep bisa sustain.”

(Si Reporter mulai berpikir, jangan-jangan namboru Tiur ini temannya Sri Mulyani)
Rep.: “Bagaimana kalau mereka gak bayar?”

Namboru,: “Kalo sampe akhir bulan mereka gak punya duit, biasanya mereka menawarkan skema debt to commodities swap. Bayar pake sayuran, singkong, ubi, pisang, atau apa saja...”

(Si Reporter mulai keder)
Rep.: “Apakah akhir-akhir ini yang belanja ke lapo Namboru berkurang?”

Namboru: “Kata saya mah, purchasing power masyarakat terus tumbuh, tidak melemah seperti yang dikatakan orang-orang di kota. Mungkin pola konsumsinya yang berubah. Katanya untuk Q2 2017 ini ekonomi China tumbuh 6,9%, harusnya itu pertanda baik buat usaha orang-orang di sini...”

(Si Reporter ngebathin: ‘Saya aja gak tahu, Q2 2017 ekonomi China tumbuh 6,9%’, dan mulai kehabisan pertanyaan)

Rep.: “Namboru kenal sama Sri Mulyani?”

Namboru: “Pagawe Kacamatan...? Ya kenal lah, satu grup WA nya kami....!”


Boru batak dilawan...




No comments:

LightBlog
LightBlog