ads

Ads

ads

Thursday, May 2, 2019

TEKNIK PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL, SUBLINGUAL, PARENTRAL, DAN ANAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi pengobatan diantaranya absorpsi obat, distribusi obat dalam tubuh, metabolism obat, dan ekskresi.
Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping. Efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai dengan kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (menaikkan fungsi atau respon tubuh), subtitutif (sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), restorative ( berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya : oral, parenteral, rectal, vaginal, kulit, mata, telinga, dan hidung. Dengan menggunakan prinsip enam tepat dalam pengobatan yakni tepat pasien, obat, dosis, rute, waktu, dan dokumentasi.
Kesehatan adalah sesuatu yang sangat sakral bagi manusia dimana manusia tersebut harus menjaga keadaan tubuhnya agar tetap fit untuk melaksanakan segala aktifitas. Dari hal ini kita juga harus memperahtikan sisi baik dan buruknya ketika kita mencoba untuk menjaga agar tubuh kita tetap fit. Untuk sisi baik dan buruknya dipengaruhi oleh beberapa factor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Bagi masyarakat factor utama yang mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan karena dari lingkungan yang baik pasti menunjang kesehatan kita begitupun sebaliknya. Lingkungan yang kotor  membuat masyarakat dengan mudah terkena penyakit. Kemudiian factor penunjang adalah prilaku dimana seorang tersebut akan mencerminkan kepribadian seseorang, jika prilaku huidup sehat maka kita akan tetap sehat begitupun sebaliknya.
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang tidak harus disepelehkan atau dikesampingkan oleh masyarakat. Dengan adanya masalah tersebuut maka akan timbul pula penanggulangannya tidak hanya dilihat dari segi yang ditimbulkan tetapi dilihat dari suma segi yang mempengaruhi kesehatan.
Tekhnik pemberian  obat adalah cara untuk menghadapi masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat. Masyarakat dapat dengan mudah memilih jenis maupun tekhnik pemberian obat padanya. Untuk itu dalam menncapai kesehatan yang sempurna masyarakat harus tahu bagaimana tekhnik pemberian obat itu sendiri.
Masalah kesehatan tidaklah gampang karena setiap masyarakat pasti merasakan hal tersebut, di mulai dari gejuala hingga ytindak lanjutnya. Dalam makalah ini, kami mencoba mengungkap kepada masyarakat tentang pemberian obat secara oral, sublingual, dan parentral.

1.2     Rumusan masalah
·         Bagaimana tekhnik pemberian obat secara oral, sublingual, parentral dan anal?
·         Bagaimana batasan usia dalam pemberian obat oral,sublingual, parentral dan anal?

1.3     Tujuan
·         Agar mahasiswa memahami pemberiaan obat secara oral, sublingual, parentral dan anal
·         Agar mahasiswa mudah melaksanakan praktek dengan teori yang telah di paparkan
·         Agar mahasiswa mampu menerapkannya dalam dunia kesehatan




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pemberian obat secara Oral
2.1.1 Definisi oral
Oral adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat iniOraladalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman.
Oral merupakan suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan  sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.. Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak enak).
 
Gambar 1.1 gambar pemberian obat melalui oral
Gambar 1.2 gambar pemberian obat dengan usia beberapa tahun

2.1.2  Tujuan pemberian
Tujuan dari pengobatan ini yaitu agar suatu obat dapat mencapai tujuan kesembuhan, molekul obat harus dapat diabsorpsi pada saluran pencernaan dan masuk ke dalam sistem sirkulasi dalam jumlah yang diinginkan. Karenanya pemberian obat yang paling menyenangkan adalah pemberian secara oral. Hal tersebut dikatakan Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU) Prof. Matheus Timbul Simanjutak.
Dalam pidato yang disampaikan pada pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar Tetap Bidang Biofarmasi pada Fakultas Farmasi USU, belum belum lama ini, Prof.Matheus mengatakan, untuk alasan itu pengertian dan antisipasi mekanisme dan faktor yang mempengaruhi absorpsi dan metabolisme pada usus halus merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam penemuan obat baru.
Ia mengatakan, saat ini telah ditemukan dan mengalami kemajuan yang pesat sejumlah pendekatan secara invitro berdasarkan isolasi sel, sel kultur (cultured cell) yang digunakan untuk memprediksi permiasi sel, absorpsi dan metabolisme pada saluran pencernaan dari molekul obat.
Lebih lanjut ia menjelaskan, beberapa faktor pendukung utama yang dibutuhkan telah dapat dipenuhi, seperti kebutuhan untuk kualitas yang tinggi, database yang kaya akan informasi terhadap mana metode pengujian yang ditemukan dapat diprevalidasi dan divalidasi.
Dengan demikian, katanya, penemuan obat secara preklinik berubah dengan cepat dan pengaturan pendekatan invitro dalam proses ini menjadi lebih penting, karena metode yang dipakai sangat berguna dalam proses penemuan dan perkembangan obat terutama merancang penelitian preklinik paling awal.
Dari berbagai hasil penelitian memperlihatkan keberhasilan strategi untuk meningkatkan absorpsi obat dengan pemberian melalui oral dengan merancang struktur molekul berdasarkan mekanisme transpor obat melalui membran usus halus, ujarnya

2.1.3 . Persiapan alat
a.      Baki berisi obat
b.      Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c.      Pemotong obat (bila diperlukan)
d.     Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
e.      Gelas pengukur (bila diperlukan)
f.       Gelas dan air minum
g.      Sedotan
h.      Sendok
i.        Pipet
j.        Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
2.1.4 . Prosedur kerja
a.      Siapkan peralatan dan cuci tangan
b.      Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
c.      Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
d.     Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan)Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
Gambar 1.3 peralatan pemberian obat
1)        Tablet atau kapsul
a)      Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
b)      Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
c)      Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.

Gambar 1.4 kapsul dan tablet

2)          Obat dalam bentuk cair
a)      Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
b)      Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
c)      Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
d)     Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
e)      Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
f)       Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.

Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.
1)        Identifikasi klien dengan tepat.
2)        Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
3)        Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
4)        Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
5)        Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
6)        Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.
7)        Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
Gambar 1.5 obat cair
2.2 Pemberian obat secara Sublingual
2.2.1 Definisi sublingual
Sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
Gambar 1.6 Rute pemberian obat secara sublingual
Gambar 1.7 pemberian obat secara sublingual
Gambar 1.8 infeksi yang membutuhkan pengobatan sublingual
                             
2.2.2 Persiapan
·         Cek perencanaan Keperawatan klien
·         Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan Persiapan Alat
·         Obat yang sudah ditentukan
·         Tongspatel (bila perlu )
·         Kasa untuk membungkus tongspatel
2.2.3 Pelaksanaan
·         Perawat cuci tangan
·         Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk mengangkat lidahnya
·         Meletakan obat dibawah lidah
·         Memberitahu klien supaya tidak menelan obatt
·         Perawat cuci tangan
·         Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat

2.3 Pemberian obat secara parentral
2.3.1 Definisi parenteral
Parenteral adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan menggunakan spuit. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasara. Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
2.3.2 Tujuan
a.       Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain
b.      Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
c.       Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras)
d.      Memberikan zat imunologi
Gambar 1.9 Pemberian obat secara parentral

Gambar 2.0 Perawatan pemberian obat secara parentral
Gambar 2.1 Lokasi injeksi

2.3.3 Jenis pemberian obat secara parenteral:
o   Intra cutan: menyuntikkan obat ke jaringan dermis dibawah epidermis
o   Sub cutan   : menyuntikkan obat ke jaringan  di bawah lapisan dermis
o   Intra muscular:   menyuntikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh
o   Intra vena: menyuntikkan obat ke dalam vena

Keuntungan:
Ø  Bisa diberikan pada klien yang tak sadar/ tak kooperatif
Ø  Bisa diberikan bila obat tidak dapat diabsorpsi melalui gastrointestinal
Ø  Obat dapat diabsorpsi lebih cepat

Kerugian:
Ø  Klien terutama anak merasa takut/ cemas
Ø  Menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit
Ø  Dapat menyebabkan infeksi, perlu teknik steril

INJEKSI INTRA CUTAN
Tujuan:
·           Mendapatkan reaksi setempat
·           Memberikan kekebalan/ imunisasi
Tempat Penyuntikkan:
·           Lengan atas : 3 jari  dibawah sendi bahu, ditengah musculus deltoideus. ex: bcg
·           Lengan bawah:  bagian depan 1/3 dari lekukan siku, di kulit yang sehat jauh dari pembuluh darah
Alat2 yang diperlukan:
·           Spuit + obat
·           Kom
·           Kapas alkohol
·           Bak instrumen
·           Bengkok

Gambar 2.2 Injeksi Intra Kutan
Gambar 2.3 Injeksi intra kutan
Cara Kerja
1.      Tahap orientasi
·         Beri salam, panggil klien
·         Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat
2.      Tahap Kerja
·           Cuci tangan
·           Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
·           Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
·           Jaga privasi klien
·           Pilih tempat penusukkan
·           Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
·           Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian
·           Desinfeksi daerah penyuntikkan
·           Tegangkan kulit dengan tangan non dominan
·           Masukkan jarum dengan sudut 15-20 derajat, posisi jarum menghadap ke atas
·           Masukkan obat sampai terjadi gelembung berwarna putih pada kulit,tarik jarum
·           Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
·           Lingkari daerah penyuntikkan
·           Buang spuit ke bengkok
·           Rapikan klien
·           Bereskan alat

3.      Tahap terminasi
·         Evaluasi kegiatan
·         Akhiri kegiatan
·         Cuci tangan
·         Dokumentasi

INJEKSI SUB CUTAN
Tempat penyuntikan
·           Lengan atas sebelah luar 1/3 dari bahu
·           Paha sebelah luar 1/3 dari sendi panggul
·           Perut sekitar umbilikal
Alat2 yang diperlukan:
·            Spuit + obat
·            Kom
·            Kapas alkohol
·            Bak instrumen
·            Bengkok
Cara Kerja
1.      Tahap orientasi
·            Beri salam, panggil klien
·            Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat

2.      Tahap Kerja
·            Cuci tangan
·            Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
·            Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
·            Jaga privasi klien
·            Pilih tempat penusukkan
·            Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
·            Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian
·            Desinfeksi daerah penyuntikkan
·            Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan tangan non dominan
·            Lakukan penyuntikkan dgn tangan dominan posisi jarum membentuk sudut 45 derajat,
·            Tarik plunger, observasi adanya darah bila tak ada masukkan obat
·            Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penyuntikkan
·            Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
·            Buang spuit ke bengkok
·            Rapikan klien
·            Bereskan alat
3.      Tahap terminasi
·            Evaluasi kegiatan
·            Akhiri kegiatan
·            Cuci tangan
·            Dokumentasi
Gambar 2.4 Injeksi Sub kutan
Gambar 2.5 Letak pemberian subkutan

INJEKSI INTRA MUSCULAR
Tempat Penyuntikkan:
·           Musculus gluteus maximus kanan/kiri, 1/3 SIAS ke tulang ekor
·           Otot paha
·           Otot pangkal lengan
Alat2 yang diperlukan:
·           Spuit + obat
·           Kom
·           Kapas alkohol
·           Bak instrumen
·           Bengkok
Cara Kerja
1.      Tahap orientasi
·            Beri salam, panggil klien
·            Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat

2.      Tahap Kerja
·       Cuci tangan
·       Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
·       Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
·       Jaga privasi klien
·       Pilih tempat penusukkan
·       Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
·       Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian
·       Desinfeksi daerah penyuntikkan
·       Tegangkan kulit pada otot yang akan disuntik dengan ibu jari dan tangan non dominan
·       Lakukan penyuntikkan dgn tangan dominan posisi jarum membentuk sudut 90 derajat,
·       Tarik plunger, observasi adanya darah bila tak ada masukkan obat
·       Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penyuntikan
·       Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
·       Lingkari daerah penyuntikkan
·       Buang spuit ke bengkok
·       Rapikan klien
·       Bereskan alat
3.      Tahap terminasi
·       Evaluasi kegiatan
·       Akhiri kegiatan
·       Cuci tangan
·       Dokumentasi
Gambar 2.6 Injeksi Intar muscular
INJEKSI INTRA VENA
Tempat penyuntikkan
·           Lengan: vena mediana cubiti
·           Tungkai: vena Xapheneus
·           Leher : vena jugularis
·           Kepala: vena frontalis, vena temporalis
Alat2 yang diperlukan:
·           Spuit + obat
·           Kom
·           Kapas alkohol
·           Bak instrumen
·           Bengkok
·           torniquet
·           perlak
Cara Kerja
1.      Tahap orientasi
·            Beri salam, panggil klien
·            Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat
2.      Tahap Kerja
·            Cuci tangan
·            Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
·            Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
·            Jaga privasi klien
·            Pilih tempat penusukkan
·            Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
·            Letakkan alas /perlak di bawah bagian tubuh yang akan disuntik
·            Pasang torniquet, anjurkan klien untuk mengepalkan tangan
·            Desinfeksi daerah penyuntikkan
·            Tegangkan kulit dengan tangan non dominan, tusukkan jarum ke dalam vena sejajar dengan vena, jarum menghadap ke atas
·            Anjurkan klien membuka kepalan sambil membuka torniquet, secara perlahan masukkan obat
·            Meletakkan kapas alkohol di atas jarum suntik, tarik spuit jika perlu beri plester
·            Buang spuit ke bengkok
·            Rapikan klien
·            Bereskan alat
3.      Tahap terminasi
·            Evaluasi kegiatan
·            Akhiri kegiatan
·            Cuci tangan
·            Dokumentasi
Gambar 2.7 Injeksi intra vena

2.4  Pemberian Obat Secara Anus/Rektum
A. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.

Gambar Pemberian Obat melalui anus.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Pemberian Obat yang dilakukan melalui anus atau rektum dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga pemberian obat supositorium. Contoh pemberian yang memiliki efek lokal seperti pada obat dulkolak supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi. Contoh efek sistemik adalah pemberian obat aminofilin supositoria dengan fungsi mendilatasi bronkial. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding mukosa rektal yang melewati sfingter anus interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal. Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui anus atau rektum. Umumnya berbentuk torpedo dapat meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat local atau sistematik. (Farmakope Indonesia Edisi IV).
Suppositoria merupakan obat luar karena penggunaannya tidak melewati mulut dan tidak menuju ke arah lambung, hanya dimetabolisme dalam darah dan dinding usus.
  Salep (cream) adalah sediaan yang digunakan untuk pemberian topikal ke area perianal. Sebagian besar digunakan untuk terapi kondisi lokal pruritis anorektal, inflamasi dan nyeri atau ketidaknyamanan akibat wasir.
 Contohnya:
·         Astrigents (Zinc oxide)
·         Pelindung dan pelicin (cocoa butter dan lanolin)
·         Anestesi lokal (Pramoxine HCl)
·         Antipruritis serta agen antiinflamasi (Hidrokortisone)
Beberapa produk rectal cream, gel, dan ointment komersial yaitu : ANUSOL ointment, TRONOLANE cream, ANALPRAM-HC cream, dan DIASTAT Gel.
Cair (larutan) Rektal adalah sediaan rektal yang sangat sedikit digunakan, karena tidak menyenangkan dan kepatuhan pasien rendah. Dalam banyak kasus, sediaan ini digunakan untuk memasukkan media atau agen untuk rontgen saluran pencernaan bagian bawah. Walaupun absorpsi obat dari larutan lebih baik daripada dari suppositoria solid, tetapi penggunaan jarang sekali. Contoh : ROWASA rectal suspension enema (mesalamine), ASACOL rectal suspension enema (mesalazine).
Rektal aerosol atau busa rektal aerosol disertai dengan aplikator untuk memudahkan penggunaannya.
Aplikator dimasukkan ke dalam wadah berisi produk, serta terdapat alat pengatur dosis obat aerosol. Aplikator dimasukkan ke dalam anus dan obat dapat diberikan melalui rektal.
Beberapa contoh rektal aerosol : PROCTOFOAM HC (Hidrocortisone dan Pramoxine), CORTIFOAM (Hidrocortisone).
B.  Tujuan
Memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan faeces dan merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus.
C.  Alat Dan Bahan : 
1.         Obat supositorium dalam tempatnya
2.         Sarung tangan
3.         Kain kasa
4.         Vaselin/pelicin/pelumas
5.         Kertas tisu

D.  Prosedur Kerja : 
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.      Cuci tangan 
3.      Gunakan sarung tangan
4.      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
5.      Olesi ujung obat supositorium dengan pelicin
6.      Minta pasien mengambil posisi tidur miring (sims) lalu regangkan bokong dengan tangan kiri. Kemudian masukkan supositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, dan kurang lebih 5 cm untuk anak/bayi
7.      Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu 
8.      Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih 15 menit
9.      Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakkan di bengkok
10.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan 
11.  Catat prosedur dan respons pasien

E.  Penyakit yang biasa terjadi pada rectum
Proktitis (radang lapisan rektum) DEFINISI Proktitis adalah peradangan pada lapisan rektum (mukosa rektum).  Pada proktitis ulserativa, ulkus (luka) muncul pada lapisan rektum yang meradang. Hal ini bisa mengenai rektum bagian bawah selebar 2,5-10 cm.  Beberapa kasus sudah memberikan respon terhadap pengobatan; yang lainnya menetap atau kambuh dan membutuhkan pengobatan jangka panjang.  Beberapa kasus akhirnya berkembang menjadi kolitis ulserativa.

Gambar Radang Pada lapisan rectum

F.    Penyebab, Gejala,  Diagnosa dan Pengobatan
Penyebab
Proktitis memiliki beberapa penyebab :
1.      Penyakit Crohn atau kolitis ulserativa
2.      Penyakit menular seksual (gonore, sifilis, infeksi Chlamydia trachomatis, herpessimpleks, infeksi sitomegalovirus), terutama pada laki-laki homoseksual.
3.      Bakteri spesifik seperti Salmonella
4.      Penggunaan antibiotik tertentu yang merusak bakteri usus normal dan memungkinkan bakteri lainnya tumbuh
5.      Terapi penyinaran pada rektum atau di sekitar rektum.
Orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya proktitis, terutama pada infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simpleks atau sitomegalovirus.

GEJALA
Proktitis terutama menyebabkan  perdarahan yang tidak nyeri atau pengeluaran lendir dari rektum. Jika penyebabnya gonore, herpes simpleks atau sitomegalovirus, anus dan rektum akan terasa sangat nyeri.



DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan proktoskop atau sigmoidoskop dan hasil pemeriksaan dari contoh jaringan lapisan rektum.
Pemeriksaan laboratorium bisa menemukan jenis kuman, jamur atau virus yang menjadi penyebabnya. Daerah lain dari usus juga bisa diperiksa dengan menggunakan kolonoskop atau barium enema.

PENGOBATAN
Antibiotik merupakan pengobatan terbaik untuk proktitis yang disebabkan oleh infeksi kuman spesifik.Jika proktitis disebabkan karena penggunaan antibiotik yang merusak flora normal usus, bisa digunakan metronidazole atau vancomycin untuk menghancurkan kuman yang merugikan. Bila penyebabnya adalah terapi penyinaran atau tidak diketahui, bisa diberikan kortikosteroid (misalnya hydrocortisone dan mesalamine). Keduanya dapat diberikan sebagai enema (cairan yang dimasukkan ke dalam usus/usus besar) atau sebagai suppositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur). Kortison diberikan dalam bentuk busa yang dimasukan dengan bantuan alat khusus.Sulfasalazine atau obat serupa bisa diberikan per-oral (melalui mulut) dalam waktu bersamaan













BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Oral adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat ini Oraladalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman.
Sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan menggunakan spuit. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran.
Pemberian obat melalui rektum merupakan pemberian obat dengan memasukan obat melalui anus dan kemudian rectum dalam bentuk suppositoria, salep (cream), cairan (larutan).
Tujuan :    memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan faeces dan merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus. Kontraindikasi : klien dengan pembedahan rectal
3.2 Saran
Dalam makalah ini menjelaskan tentang bentuk-bentuk pemberian obat, kami penulis menyarankan kepada pembaca khususnya para petugas medis untuk lebih tahu tentang letak pemberian obat pada bagian tubuh.
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, eny ratna, dkk. 2009. KDPK kebudanan teori dan aplikasi. Yogyakarta. Medical book
A.Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah. 2002. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia : EGC
A.Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik : Salemba Medika
Dr. Lyndon Saputra. 2013. Keterampilan Dasar Untuk Perawat dan Bidan : Binarupa Aksara Publisher
Eny Retra Ambarwati, Tri Sunarsih. 2009.KDPK Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
Kumiyati, yuni. 2010. keterampilan dasar praktek klinik kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya
Hidayat, A. azis alimul. 2009. Keterampilan praktek klinik untuk kebidanan. Jakarta. Salemba medica
Potter, Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7 : Salemba Medika

No comments:

LightBlog
LightBlog