ads

Ads

ads

Monday, May 11, 2020

Makalah BAYI BARU LAHIR NORMAL, Bayi Baru Lahir Rendah, Hipotermi, Hiperbilirubinemia & Gangguan Nafas

1.     BAYI BARU LAHIR NORMAL
a.         Pengertian
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa.

b.        Tanda-tanda bayi baru lahir normal

Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan aterm antara 37- 42 minggu, BB 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm, lingkar dada 30- 38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11- 12 cm, frekuensi DJ 120- 160 x permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit, kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna,kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR > 7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping (menggenggam) sudah baik, genetalia sudah terbentuk sempurna , pada laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan penis berlubang, pada perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang, serta labia mayora sudah menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24 jam pertama, berwarna hitam kecoklatan.

c. Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan

Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan/kelainan yang menujukan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda antra lain: Sesak nafas, Frekuensi pernafasan 60 kali/menit, gerak retraksi didada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (500- 2500gram) dengan kesulitan minum.
Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau lebih tanda seperti: sulit minum, sianosis setral (lidah biru), perut kembung, priode apneu, kejang/priode kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir < 1500 gram.
Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti berikut: (1) Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi; (2) pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan; (3) Semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT atau steril. Khusus bola karet penghisap lendir jangan diapakai untuk lebih dari satu bayi (4) Handuk, pakaian atau kain yang akan digunakan dalam keadaan bersih. (demikian juga dengan timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskok dll. (5) Dekontaminasi dan cuci setelah digunakan (JNPK-KR, 2007)

d.        Penilaian

Segera setelah lahir letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan di atas perut ibu (bila tidak memungkinkan, letakkan di dekat ibu misalnya diantara kedua kaki ibu atau I sebelah ibu) pastikan area tersebut bersih dan kering, keringkan bayi terutama muka dan permukaan tubuh dengan kering, hangat dan bersih. Kemudian lakukan penilaian awal sebagai berikut: (a) apakah menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?; (b) apakah bergerak dengan aktif atau lemas?; jika bayi tidak bernafas atau megap-megap atau lemah maka segera lakukan resusitasi bayi baru lahir.


Nilai APGAR
Tanda
Nilai : 0
Nilai : 1
Nilai : 2
Appearance
(Warna Kulit)
Pucat/ biru
seluruh badan
Tubuh merah,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh
kemerahan
Pulse
( Denyut Jantung)
Tidak ada
< 100
> 100
Grimace
(Tonus Otot)
Tidak ada
Ekstremitas sedikit
fleksi
Gerakan aktif
Activity
(Aktifitas)
Tidak ada
Sedikit gerak
Langsung menangis
Respiration
(Pernapasan)
Tidak ada
Lemah/ tidak
teratur
Menangis

Kegawatdaruratan pada bayi baru lahir

Perdarahan tali pusat
Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma, ikatan tali pusat yang longgar, atau kejanggalan pembentukan thrombus yang normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan adalah penyakit perdarahan pada neonatus dan infeksi lokal maupun sistemik. Tali pusat harus diawasi terus menerus pada hari-hari pertama agar perdarahan yang terjadi dapat di tanggulangi secepatnya. Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh robekan umbilikus. Komplikasi persalinan ini masih dijumpai akibat masih terjadinya partus presipitatus dan tarikan berlebih pada lilitan atau pendeknya tali pusat pada partus normal.

2.     Bayi Baru Lahir Rendah
  1. Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram. Istilah BBLR sama dengan prematuritas. Namun, BBLR tidak hanya terjadi pada bayi prematur, juga bayi yang cukup bulan dengan BB < 2.500 gram (Profil Kesehatan Indonesia, 2014; Manuaba, 2010). Bab 2—Masalah pada Bayi Baru Lahir 21
  1. Epidemiologi
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2%.
  1. Klasifikasi BBLR
·         BBLR : Berat Badan Bayi Rendah (<2500 gr="" o:p="">
·         BBLSR : Berat Badan Bayi Sangat Rendah (<1500 gr="" o:p="">
·         BBLER : Berat Badan Bayi Ekstrem Rendah (< 1000 gr)
  1. Etiologi BBLR
Ø  Faktor ibu
Ø   Gizi saat hamil
Ø  Usia < 20 th/> 35 th
Ø  Penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah)
Ø  Faktor Kehamilan
Ø  Hamil dengan hidramnion
Ø  Hamil ganda
Ø  Perdarahan antepartum
Ø  Komplikasi hamil: PE/E, KPD
Ø  Faktor Janin
Ø  Cacat bawaan
Ø  Infeksi dalam rahim
  1. Manifestasi Klinis
Ø  BB: < 2.500 gram
Ø  PB: < 45 cm
Ø  Lingkar Dada: < 30 cm
Ø  Lingkar Kepala: < 33 cm
Ø  UK: < 37 Minggu
Ø  Kepala relatif lebih besar
Ø  Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak pada kulit kurang
Ø  Otot hipotonik lemah
Ø  Pernapasan: 45- 50 kali permenit
Ø  Frekuensi nadi: 100 – 140 kali permenit

Masalah untuk BBLR
Ø  Aspirasi Mekonium à kolaps paru/pneumotoraks
Ø  Jumlah Hb tinggi à sering diikuti ikterus
Ø  Hipoglisemia
Ø  Keadaan lain yang dpt terjadi spt: asfiksia sedang sampai berat, perdarahan, demam
Ø  tinggi, cacat bawaan.
3.     Hipotermi
a.       Definisi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36 36="" adalah="" akan="" aksila="" bahaya="" baru="" bayi="" berakhir="" dan="" dapat="" dengan="" dimana="" fungsi="" hipotermi="" jantung="" karena="" kegagalan="" kematian.="" lahir="" melalui="" menyebabkan="" merupakan="" metabolisme="" normal="" o:p="" pada="" paru="" pengukuran="" perubahan="" suatu="" suhu="" tanda="" terjadinya="" tubuh="" yang="">
b.      Klasifikasi
Stres dingin suhu antara 35,5-36,4°CàBila tubuh teraba hangat tapi ekstremitas teraba dingin maka berarti bayi mengalami Hipotermia sedang suhu antara 32-35,4°CàSedangkan bila tubuh dan ekstremitas teraba dingin berarti bayi mengalami Hipotermia berat apabila suhu kurang dari 32°C.
c.       Penyebab
Menurut Departemen Kesehatan RI 2007, mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat melalui 4 cara, yaitu:
Radiasi yaitu dari bayi ke lingkungan dingin terdekat.
·         Konduksi yaitu langsung dari bayi ke sesuatu yang kontak dengan bayi.
·         Konveksi yaitu kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar.
·         Evaporasi yaitu penguapan air dari kulit bayi.
d.      Penanganan
v  Bayi stres dingin: cari penyebabnya apakah popok yang basah, suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah, tubuh bayi basah, setelah mandi yang tidak segera dikeringkan atau ada hal lain.
v  Bila diketahui hal-hal ini maka segera atasi penyebabnya tersebut. Untuk menghangatkan bayi dilakukan kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu sambil disusui, dan ukur ulang suhu bayi setiap jam sampai suhunya normal. Bila suhunya tetap tidak naik atau malah turun maka segera bawa ke dokter.
v  Bayi dengan suhu kurang dari 35,5°C mengalami kondisi berat yang harus segera mendapat penanganan dokter. Sebelum dan selama dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan adalah terus memberikan air susu ibu (ASI) dan menjaga kehangatan. Tetap memberikan ASI penting untuk mencegah agar kadar gula darah tidak turun.
v  Apabila bayi masih mampu menyusu, bayi disusui langsung ke payudara ibu. Namun, bila bayi tidak mampu menyusu tapi masih mampu menelan, berikan ASI yang diperah dengan sendok atau cangkir. Menjaga bayi dalam keadaan hangat dilakukan dengan kontak kulit ke kulit, yaitu melekatkan bayi di dada ibu sehingga kulit bayi menempel langsung pada kulit ibu, dan ibu dan bayi berada dalam satu pakaian. Kepala bayi ditutup dengan topi.
e.       Pencegahan
Ø  Menutup kepala bayi dengan topi
Ø  Pakaian yang kering
Ø  Diselimuti
Ø  Ruangan hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C)
Ø  Bayi selalu dalam keadaan kering
Ø  Tidak menempatkan bayi di arah hembusan angin dari jendela/pintu/ pendingin
Ø  Sebelum memandikan bayi perlu disiapkan baju, handuk, dan air hangat. Setelah dimandikan, bayi segera dikeringkan dengan handuk dan dipakaikan baju.
4.     Hiperbilirubinemia
  1. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dg konsentrasi bilirubin serum yg menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dapat dikendalikan. Ikterus adalah perubahan warna kulit dan sklera menjadi kuning akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinema). Pada bayi aterm ikterus tampak jika konsentrasi bilirubin serum mencapai 85-120 µmol/L
  1. Etiologi
Ø  Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah akibat kesenjangan antara pemecahan sel darah merah dan kemampuan bayi untuk mentranspor, mengonjugasi, dan mengeksresi bilirubin tak terkonjugasi.
Ø  Ikterus patologis
Etiologi ikterus patologis adalah beberapa gangguan pada produksi, transpor, konjugasi, atau ekskresi bilirubin.
  1. Faktor resiko
·         BBLR
·         Penyakit hemolisis karena inkompatibilitas golongan darah asfiksia atau asidosis
·         Trauma cerebral
·         Infeksi sistemik.
  1. Tanda gelaja
Hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi:
·         Gejala akut: gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
·         Gejala kronik: tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis
  1. Tatalaksana Awal
Ø  Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan dengan nasehat untuk kembali jika ikterus berlangsung lebih dari 2 mg.
Ø  Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan ekslusif lebih sering minimal setiap 2 jam
Ø  Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastrik atau dengan gelas dan sendok
Ø  Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi selama 30 menit selama 3-4 hari. Jaga agar bayi tetap hangat.
Ø  Kelola faktor resiko (asfiksia dan infeksi)karena dapat menimbulkan ensefalofati biliaris
Ø  Setiap ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca persalinan adalah patologis dan membutuhkan pemerikasaan laboratorium lanjut
Ø  Pada bayi dengan ikterus kremer 3 atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap setelah keadaan bayi stabil.
5.     Gangguan Nafas
a.       Definisi
Sindrom gawat nafas adalah syndrome gawat nafas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.
b.      Etiologi
Ø  Obstruksi jalan napas. Misalnya: trakemolasia;
Ø  Penyakit parenkim paru. Misalnya: penyakit membran hialin;
Ø  Penyakit jaringan organ. Misalnya: hernia diafragmatika; Diluar paru paru, payah jantung dll.
c.       Tanda gelaja
Klasifikasi:
Ø  Ringan: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tanda tarikan dinding tanpa merintih saat ekspirasi/sianosis sentral;
Ø  Sedang: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tarikan dinding dada/merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral;
Ø  Berat: frek.nafas 60-90x/menit. Dgn sianosis sentral dan tarikan dinding dada/merintih saat ekspirasi
d.      Komplikasi
Ø  Ruptur alveoli: bila dicurigai terjadi kebocoran udara;
Ø  Infeksi;
Ø  Perdarahan intracranial;
Ø  Kurangnya oksigen ke otak;
Ø  Bronchopulmonary Dysplasia;
Ø  Retinopathy prematur;

e.       Penatalaksanaan
Tatalaksana awal:
Ø  Menjaga jalan nafas ttp bebas;
Ø  Pencegahan terjadinya hipoksia;
Ø  Penanganan/tindakan (beri O2, bersihkan jalan nafas dan ASI tetap diberikan;
Ø  Pengobatan antibiotika ampisilin dan gentamisin;
Ø  Rujukan



DAFTAR PUSTAKA

IDAI (UKK Perinatologi) MNN.JPHPIEGO, Buku panduan masalah bayi baru lahir untuk dokter bidan dan perawat di rumah sakit maternal, neonatal health, kerjasama Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2007, Pedoman sistem rujukan maternal dan neonatal di tingkat kabupaten/kota: Departemen kesehatan RI Jakarta.

Pelatihan pelayanan obstetri neonatal emergency dasar . 2007, buku acuan : Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Depkes RI. 2003. Manajemen terpadu bayi muda. Modul-6. Depkes RI, Jakarta 16. Linda V.Walsh, 2003. Midwifery Chapter 23., W.B., Saunders San Fransisco California.

Varney, Helen. 2004, Varney’s midwifery, Boston Blackwell Scientific

No comments:

LightBlog
LightBlog