ads

Ads

ads

Monday, May 11, 2020

Makalah KEBUTUHAN DASAR MANUSIA CAIRAN DAN ELEKTROLIT

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah tidak seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja berbagai organ. Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis kebutuhaan ini memiliki proporsi besar dalam tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia.
Presentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari tital berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan dasar pada manusia menurut Abraham Maslow, yaitu Teori Hierarki Kebutuhan yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, salah satu diantaranya adalah kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia antara lain pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan (minuman), intake dan output (nutrisi/makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, serta seksual.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Gangguan Asam Dan Basa
·         ASAM adalah Senyawa dengan 1 atau lebih atom H+ yang mudah diganti oleh atom elektro positif yang berfungsi sebagai donor proton.
·         BASA adalah zat yang menerima proton dalam suatu larutan.
Misalnya HCO3-,  ion fosfat (HPO4-), amoniak (NH3-) dan asam asetat (CH3COO-)
Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah tidak seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja berbagai organ. Pengaturan kadar ion hidrogen/H+ (pH) cairan tubuh merupakan sudut pandang terpenting terkait keseimbangan asam basa tubuh, karena setiap perubahan pH dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan fungsi organ.1–5 Kadar ion H+ yang normal (pH darah 7,35–7,45) dipertahankan secara ketat oleh mekanisme keseimbangan asam basa tubuh,sehingga fungsi sel berlangsung terbaik.6,7 Beberapa keadaan berpenyakit dapat menyebabkangangguan keseimbangan asam basa tubuh, sehingga nilai pH darah menurun (asidemia). Keadaan yang mendasari asidemia ini disebut asidosis.
Asidosis dapat disebabkan oleh gangguan komponen respiratorik (asidosis respiratorik) atau gangguan komponen metabolik (asidosis metabolik).Asidosis metabolik merupakan gangguan keseimbangan asam basa yang paling sering ditemukan, terutama di pasien sakit kritis (criticallyill patients). Asidosis metabolik berdasarkan pendekatan yang konvensional terhadap gangguan keseimbangan asam basa, ditandai dengan
peningkatan kadar ion hidrogen (penurunan pHdarah) dan penurunan kadar bikarbonat plasma, yang merupakan komponen metabolik dalam keseimbangan asam basa. Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh beberapa kelainan, seperti: diabetes melitus, kardiopulmonal,gagal ginjal, sepsis, keracunan bahan berasal dari luar seperti: salisilat, metanol, dan etilen glikol, serta infus NaCl 0,9% (asidosis hiperkloremik).1,7,8,16–18 Penderita yang mengalami asidosis metabolik dalam perjalanan penyakitnya, akan memiliki peningkatan angka kesakitan dan angka kematian.
Ø  Gangguan Keseimbangan Asam-Basa
Gangguan keseimbangan asam-basa bukanlah penyakit, melainkan kelainan akibat penyakit primer, maka tatalaksana ditujukan kepada penyakit primer tersebut. Bila gangguan-asam-basa beratmakakoreksi terhadap gangguan asam-basa perlu dipertimbangkan.
1.      Gangguan Respiratorik.
Kelainan yang mengancam nyawa pada asidosis respiratorik bukan karena asidosisnya tetapi karena hipoksemia, oleh karena itu terapi utama adalah terapi oksigen sambil mengatasi penyebab primer pernapasanr (hipoventilasi). Atasi faktor penyebab seperti kelainan paru, keracunan narkotik, keracunan salisilat. Untuk memperbaiki ventilasi paru ventilasi mekanik.
2.      Gangguan Metabolik.
a.       Asidosis Metabolik.
Meskipun sebagian besar asidosis metabolik dapat diatasi oleh tubuh setelah penyakit primer nya tertanggulangi, namun bila penurunan pH (<7 7="" alkali.="" alkali="" anion="" anionnonorganic="" anionorganik="" asidosis="" be="" berat="" bila="" bukan="" dan="" dapat="" dengan="" dialisis="" dimetabolisme="" dipertimbangkan.="" dipertimbangkan.koreksi="" dipertimbangkan="" disebabkan="" ditanggulangi="" ditujukan="" gagal="" ginjal="" karena="" kembali="" keton="" kontroversial="" laksana="" laktat="" maka="" masih="" menunggu="" meq="" metabolik="" metabolikkarena="" natriumbikarbonat="" nonorganik.sedangkan="" o:p="" oleh="" olehanion="" organik="" pada="" pemberian="" penyakit="" perlu="" ph="" primer="" renal="" rendah="" replacement="" sangat="" sementara="" tata="" tatalaksana="" terjadi="" terutama="" tetapi="" therapy="" tubuh="" yang="" yanmg="">
Di ruang rawat intensif ada empat penyebab utama asidosis metabolik yaitu asidosis laktat karena syok dan hipoksemia, ketoasidosis karena diabetesmelitus, asidosis tubulus ginjal, dan asidosis karena dehidrasi akibat diare. Dari keempat keadaan tersebut alkali diberikan pada asidosis tubulus ginjal dan diare, sedangkan pada syok, hipoksemia dan diabetes pengobatan ditujukan pada penyakit primer, yaitu dengan resusitasi cairan, oksigenisasi dan insulin. Pemberian alkali dipertimbangkan bila pH plasma < 7,0 setelah dilakukan resusitasi dan terapi lainnya. Pada gangguan asidosis metabolik kronis pemberian alkali harus dilakukan meskipun pH <7 agar="" anak.="" dan="" demineralisasi="" gangguan="" katabolisme="" mencegah="" o:p="" pertumbuhan="" protein="" terjadi="" tidak="" tulang="" untuk="">
b.      Alkalosis Metabolik.
Terdapat dua jenisalkalosis metabolik yaitu klorsensitif dan klor resisten. Disebut klor sensitif karena dengan pemberian klor (NaCl fisiologis, KCl, atau HCl) memberi respons yang baik. Klor sensitif disebabkan karena tubuh kehilangan klor dari cairan lambung atau muntah sedangkan fungsi ginjal normal. Klor resisten adalah alkalosis metabolik yang tidak responsif dengan pemberian klor, akibat klor terus-menerus disekresi ginjal, biasanya terdapat peningkatan kadar klor urin >20mEq/L. Tata laksana klor resisten alkalosis metabolik ditujukan pada penyakit primer (seperti, aldosteronisme, sindrom Cushing, dll.).
3.      Pemberian “alkali” (natrium bikarbonat).
Natrium bikarbonat diberikanpada asidosis metabolik berat terutama pada asidosis metabolik yang disebabkan karena anion minera.
B.     Pemasangan Infus
Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan, 2008).
Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus / pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu.
Pemasangan infus merupakan salah satu tindakan dasar dan pertama yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sebagai awal dari rangkaian kegiatan pengobatan dan perawatan terhadap hampir semua jenis kasus baik itu gawat, darurat, kritis, ataupun sebagai tindakan profilaksis.

a.      Tujuan Pemasangan Infus

Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.

b.      Indikasi Pemasangan Infus

Secara garis besar, indikasi pemasangan infus terdiri dari 4 situasi yaitu ; Kebutuhan pemberian obat intravena, hidrasi intravena, transfusi darah atau komponen darah dan situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah diperlukan. Sebagai contoh :
1)      Kondisi emergency (misalnya ketika tindakan RJP), yg memungkinkan untuk pemberian obat secara langsung ke dalam pembuluh darah Intra Vena
2)      Untuk dapat memberikan respon yg cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid, digoxin)
3)      Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara terus-menerus melalui pembuluh darah Intra vena
4)      Pasien yg membutuhkan pencegahan gangguan cairan & elektrolit
5)      Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kepentingan dgn injeksi intramuskuler.
6)      Pasien yg mendapatkan tranfusi darah
7)      Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan seandainya berlangsung syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
8)      Upaya profilaksis pada pasien-pasien yg tidak stabil, contohnya syok (meneror nyawa) & risiko dehidrasi (kekurangan cairan) , sebelum pembuluh darah kolaps (tak teraba), maka tak mampu dipasang pemasangan infus.

c.       Kontraindikasi Pemasangan Infus

Kontraindikasi relatif pada pemasangan infus, karena ada berbagai situasi dan keadaan yang mempengaruhinya. Namun secara umum, pemasangan infus tidak boleh dilakukan jika ;
1)      Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis, sklerosis vena, luka bakar dan infeksi di area yang hendak di pasang infus.
2)      Pemasangan infus di daaerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, terutama pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal karena lokasi ini dapat digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
3)      Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran darahnya lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai & kaki).

d.      Keuntungan dan Kerugian Pemasangan Infus

Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi intravena adalah :
1)      Keuntungan Pemasangan Infus – Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorbsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan, kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari, sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.
2)      Kerugian Pemasangan Infus – Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi, kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock” dan komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia, dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

Alat dan Bahan Pemasangan Infus

1)      Standar infus
2)      Cairan infus sesuai kebutuhan
3)      IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai kebutuhan
4)      Perlak
5)      Tourniquet
6)      Plester
7)      Guntung
8)      Bengkok
9)      Sarung tangan bersih
10)  Kassa steril
11)  Kapal alkohol / Alkohol swab
12)  Betadine

e.       SOP Pemasangan Infus

Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus yang digunakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.      Cuci tangan
2.      Dekatkan alat
3.      Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama pemasangan infus
4.      Atur posisi pasien / berbaring
5.      Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan gantungkan pada standar infus
6.      Menentukan area vena yang akan ditusuk
7.      Pasang alas
8.      Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk
9.      Pakai sarung tangan
10.  Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
11.  Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung
12.  Pastikan jarum IV masuk ke vena
13.  Sambungkan jarum IV dengan selang infus
14.  Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
15.  Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
16.  Atur tetesan infus sesuai program medis
17.  Lepas sarung tangan
18.  Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan jam pelaksanaan
19.  Bereskan alat
20.  Cuci tangan
21.  Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan

C.    Menghitung Tetesan Infus
Menghitung tetesan infus adalah menghitung kecepatan untuk mencegah ketidaktepatan pemberian cairan.
v  Tujuan:
1.      Mencegah terjadinya kolaps kardiovasukular dan sirkul pada klien dehidrasi dan syok.
2.      Mencegah kelebihan cairan pada klien.
v  Persiapan Alat :
1.      Kertas dan pensil / pulpen.
2.      Jam dengan jarum detik.
*      SOP Menghitung Tetesan Infus
1.      Baca program dokter dan ikuti “lima benar” untuk memastikan larutan benar.
2.      Cari tahu kalibrasi dalam tetes permiliter dari set infus(sesuai dengan petunjuk pada bungkus).
·         Tetesan mikro ( mikrodrip ) : 1 cc = 60 tetes
·         Tetesan makro (makrodrip ) : 1 cc =15 tetes
                                              : 1 cc =20 tetes
3.      Pilih salah satu rumus berikut.
·         Militer per jam
Cc/jam =          jumlah total cairan infus ( cc )
Lama waktu pengimpusan ( jam )

D.    Pengontrolan  Intake  Dan  Output
·         Intake cairan yaitu jumlah atau volume kebutuhan tubuh manusia akan cairan per hari.
Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
Tabel. Kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No
Umur
BB (Kg)
Kebutuhan Cairan
1
3 hari  
3
250-300
2
1 tahun           
9,5
1150-1300
3
2 tahun           
11,8
1350-1500
4
6 tahun           
20
1800-2000
5
10 tahun         
28,7
2000-2500
6
14 tahun         
45
2200-2700
7
18 tahun         
54
2200-2700
 
Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh gastrointestinal.

·         Output Cairan
Output cairan yaitu jumlah atau volume kehilangan cairan pada tubuh manusia per hari.  Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.       Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
  1. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
  1. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
  1. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Hal – hal yang perlu di perhatikan:
Rata-rata cairan per hari :
1.    Air minum : 1500-2500 ml
2.    Air dari makanan :750 ml
3.    Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml
Rata- rata haluaran cairan per hari
1)            Urin : 1400 -1500 ml
2)            Iwl
a)            Paru : 350 -400 ml
b)            Kulit : 350 – 400 ml
3)      Keringat : 100 ml Feses : 100 -200 ml
4)      Iwl
5)      dewasa : 15 cc/kg BB/hari
6)      anak : (30-usia{tahun}cc/kgBB/hari
7)      jika ada kena

·         Memonitor/mengukur Intake Dan Output
a.         Definisi
Merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (out put).
b.        Tujuan
a)        Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien
b)        Menentukan tingkat dehidrasi klien
c.         Prosedur
a)      Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri dari air minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme), cairan intra vena.
b)      Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri dari urine, keringat, feses, muntah, insensible water loss (IWL).
c)      Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : INTAKE – OUTPUT
d)     Mendokumentasikan
Perhitungan Intake & Output
Total TBW = 60% / BB (45%-75% / BB)
Cairan Tubuh dibagi :
1.            Cairan Intraselular = 2/3 TBW (40%)
2.            Cairan Ekstraseluler =
a)            Cairan Intravasculer (plasma) = 5 %
b)            Cairan Interstitial = 15 %
c)            Cairan Transceluler = 1-3 %
Perbandingan CIS dengan CES
1.            Dewasa = 2:1
2.            Anak-Anak = 3:2
3.            Bayi = 1:1
Jumlah Cairan Tubuh :
1.            Dewasa = 45%-75% / BB
Pria = 60 %
Wanita = 55 %
2.            Anak & Bayi = 75 %
Konsentrasi cairan elektrolit dihitung dengan
Rumus : M.Eq/L = Mg % x 10 x 1



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
o   Asam adalah suatu zat apabila terlarut dalam air menghasilkan ion h+ dan memiliki ph≤7
o   Basa adalah suatu zat apabila terlarut dalam air menghasilkan ion oh- dan memiliki ph lebih dari 7.
o   Pemasangan infus yaitu memasukkan cairan atu obat ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dam waktu tertentu dengan menggunakan infus set.
o   Intake cairan yaitu jumlah atau volume kebutuhan tubuh manusia akan cairan per hari.
o   Output cairan yaitu jumlah atau volume kehilangan cairan pada tubuh manusia per hari.  Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

B.     Saran
Sebaiknya keseimbangan asam dan basa tetap di stabilkan karena jika terjadi gangguan akan menyebabkan suatu penyakit. Dan ketika melakukan pemasangan infus kita harus memperhatikan cairan dan intake, output.









DAFTAR PUSTAKA


No comments:

LightBlog
LightBlog