ads

Ads

ads

Friday, July 2, 2021

Asuhan Kebidanan Yang Berkelanjutan (Continuity of Care) Perlu Dilakukan Pada Ibu Hamil Trimester III - Karya Tulis Ilmiah DIII Kebidanan BAB I dan II

 

Karya Tulis Ilmiah DIII Kebidanan

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny..... MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, SAMPAI DENGAN KELUARGA BERENCANA DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN DI KOTA ....

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1              Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu bagian dari upaya peningkatan derajat kesehatan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia tahun 2030. Indikator tercapainya target tersebut jika Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menurun serta akseptor Keluarga Berencana (KB) meningkat. Keadaan ibu yang fisiologis saat hamil diharapkan berkelanjutan sampai masa nifas berakhir. Kondisi tersebut akan tercapai apabila pelayanan kesehatan bagi ibu memadai dan berkualitas (Kemenkes RI, 2015).

Kehamilan merupakan proses yang alamiah, perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Sehingga asuhan yang diberikan adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Pendekatan yang dilakukan ketika melakukan asuhan kepada ibu hamil lebih cenderung berbentuk promotif. Bentuk yang paling mudah untuk dilakukan adalah dengan melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien yang berisi berbagai materi mengenai pemantauan kesehatan ibu hamil dan penatalaksanaan ketidaknyamanan selama hamil.

 

Perdarahan menempati presentase tertinggi penyebab kematian  ibu (28%).Anemia dan kekurangan energy kronis (KEK) pada ibu hamil menja di penyebab utama terjadinya perdarahan.

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu  memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan.Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipatakibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin.

Diagnosis anemia dalam  kehamilan  ditegakkan bila kadar Hemoglobin (Hb) < 11 g/dl dan hemotrokrit , 30 % (tarwoto& dra.wasnidar,2018).

Angka Kematian Ibu dan bayi di Provinsi Sumatera Utara masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi yang ke 6 dengan AKI tertinggi di Indonesia. Berdasarkan laporan dari profil kab/kota bila jumlah kematian ibu dikonversi ke angka kematian ibu,maka AKI di Sumatera Utara adalah sebesar 85/100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut diperkirakan belum menggambarkan AKI yang sebenarnya pada populasi,terutama bila dibandingkan dari hasil sensus penduduk 2010,dimana AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100.000 KH (Profil kesehatan Sumatera Utara,2017).

Proses persalinan normal ditentukan oleh lima faktor utama yaitu Power (his dan tenaga mengejan), passanger (janin, plasenta dan selaput ketuban), passage (jalan lahir), Psikologi (psikis ibu dalam persalinan) dan terakhir adalah penolong dalam persalinan. Kelima faktor utama ini sangat menentukan jalannya persalinan. Asuhan sangat diperlukan ibu selama proses persalinan yang membantu ibu merasa nyaman dan aman dalam menghadapi persalinan (Walyani,2016).

 

 

Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia menunjukkan kecenderungan  peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016. Namun demikian nampak adanya penurunan cakupan KF3 pada tahun 2016, yaitu lebih rendah dibandingkan tahun 2015. Penurunan tersebut disebabkan karena banyaknya faktor, yaitu penetapan sasaran kabupaten/kota terlalu tinggi, kondisi geografi yang sulit di beberapa wilayah, belum optimalnya koordinasi dan pelaporan antar kabupaten/kota dan provinsi, dan kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pada saat nifas (Kemenkes, 2016).

 

 

Tahun 2016, berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara, jumlah peserta KB baru adalah 350.481 jiwa atau 14,83% dari PUS yang ada, hal ini terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2015 (289.721 jiwa atau 12,31%). Sementara tahun 2014 yaitu 419.961 atau 17,83% dari PUS. Persentase penggunaan alat kontrasepsi oleh peserta KB aktif yang paling dominan adalah penggunaan alat kontrasepsi suntik yaitu (45,52%) dan tidak jauh berbeda pil (42,41%). Selebihnya menggunakan implant (20,63%) dan selebihnya sebanyak 15% menggunakan alat kontrasepsi lainnya seperti IUD, MOP, MOW dan Kondom (Dinkes Provsu, 2016).

Peserta KB aktif pada tahun 2016 di Kota Pematangsiantar paling banyak menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 27,8%, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2015 (27,6%) dan tahun 2014 (26,9%). Namun jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2013 (30,1%). Peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi MOP pada tahun 2016 sama besarnya dengan tahun 2015 yaitu sebev sar 0,7%, jumlah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan tahun 2014 (0,6%) dan tahun 2013 (0,1%) (Dinkes kota Pematangsiantar, 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis melakukan asuhan kebidanan pada masa Hamil, Bersalin, Nifas, BBL, dan KB pada Ny .... secara continuity of care, di rumah klien Jl. S.,...........  di Kota ........

 

1.2              Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan

Berdasarkan data diatas, maka Asuhan Kebidanan yang berkelanjutan (continuity of care) perlu dilakukan pada ibu hamil trimester III  pada Ny. ....... usia 38 tahun dengan yang fisiologis, dan asuhan pada ibu bersalin, nifas, Bayi Baru Lahir serta mendapatkan pelayanan KB.

 

1.3              Tujuan Penyusunan LTA

1.3.1    Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana sesuai dengan standar asuhan dan menggunakan pendokumentasian dengan pendekatan manajemen kebidanan pada Ny. ........ di Praktek Mandiri Bidan......Kota ......

1.3.2    Tujuan Khusus

1.   Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.

2.   Menyusun diagnosa Kebidanan sesuai dengan prioritas pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.

3.   Melaksanakan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada ibu hamil sampai bersalin, masa nifas, neonatus dan KB.

4.   Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.

5.   Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.

 

1.4       Sasaran, Tempat dan Waktu  Asuhan Kebidanan

1.4.1    Sasaran

Asuhan kebidanan kepada Ny. ..... umur 38 tahun   dengan memperhatikan continuity of care mulai hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan KB.

1.4.2    Tempat

Rumah Ny. ........ di Praktek Mandiri Bidan......Kota .......

1.4.3    Waktu

Waktu pelaksanaan Continuity of Care pada Ny. ......yaitu pada bulan November 2020 sampai April 2021.

 

1.5              Manfaat Penulisan

1.5.1    Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan asuhan kebidanan dalam batas continuity of care, terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan KB.

1.5.2    Manfaat Praktis

Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan Anak  (KIA),  khususnya dalam  memberikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis dan asuhan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan KB secara continuity of care.

                                   

 

 

 


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Asuhan Kebidanan

2.1.1    Pengertian

Asuhan kebidanan adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2014).

 

2.2.2    Asuhan Kehamilan

Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal

a.      Data Subjektif

Data subjektif, berupa data fokus yang di butuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya. Jenis data yang dikumpulkan adalah: biodata, alasan kunjungan, kunjungan, keluhan utama, riwayat keluhan utama, riwayat kebidanan, dan pola kehidupan sehari-hari.

b.      Data Objektif

Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi yang dilakukan secara berurutan. Data yang perlu untuk dikaji adalah sebagai berikut: pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik ibu hamil, dan pemeriksaan laboratorium (Lochart, 2018).

 

Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang

Kunjungan ulang merupakan kesempatan untuk melanjutkan pengumpulan data yang diperlukan untuk mengelola masa kehamilan dan merencanakan kelahiran serta asuhan bayi baru lahir.

a.       Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi

b.      Mengevaluasi data dasar

c.       Mengevaluasi keefektifan manajemen/asuhan.

d.      Pengkajian data fokus

e.       Mengembangkan rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kehamilan (Lochart, 2018).

 

2.1.3    Tujuan Asuhan Kehamilan

1.      Untuk memfasilitasi hamil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayi dengan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu.

2.      Memantau kehamilan dengan memastikan ibu dan tumbuh kembang anak sehat.

3.      Mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa selama hamil (penyakit umum, keguguran).

4.      Mempersiapkan kelahiran cukup bulan dengan selamat, ibu dan bayi dengan trauma minimal.

5.      Mempersiapkan ibu, agar nifas berjalan normal dan dapat memberikan asi eksklusif.

6.      Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang normal.

7.      Membantu ibu mengambil keputusan klinik (Lochart, 2018).

 

2.1.4    Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan sekarang ini menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemic malaria menjadi 14T, yaitu menurut (Walyani,2016):

1.      Timbang Berat Badan (BB) dan tinggi badan (TB)

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran <145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB. Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg – 16 kg (Saryono dalam Walyani, 2010).


 

2.      Tekanandarah (TD)

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung, deteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun dibawah normal kita pikirkan ke arah anemia. Tekanan darah normal berkisar sistole/diastole: 110/80-120/80 mmhg.

3.      Pengukurantinggi fundus uteri (TFU)

Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik 0 pada tepi atas simpisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan).

Tabel 2.1

Tinggi Fundus Uteri Menurut Usia Kehamilan

 

No.

Tinggi Fundus Uteri (cm).

Umur kehamilan dalam minggu

1.

12 cm

12

2.

16 cm

16

3.

20 cm

20

4.

24 cm

24

5.

28 cm

28

6.

32 cm

32

7.

36 cm

36

8.

40 cm

40

Sumber: Walyani, 2016. Standar Pelayanan       Kebidanan,

4.      Pemberian tambah darah (Tablet Fe)

Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.

5.      Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek samping TT yaitu nyeri, kemerah-merahan, dan bengkak untuk 1 sampai 2 hari pada tempat penyuntikan.


 

Tabel 2.2

Imunisasi TT

 

Imunisasi

Interval

% Perlindungan

Masa Perlindungan

TT 1

Pada kunjungan ANC pertama

0

Tidak ada

TT 2

4 minggu setelah TT 1

80

3 tahun

TT 3

6 bulan setelah TT 2

95

5 tahun

TT 4

1 tahun setelah TT 3

99

10 tahun

TT 5

1 tahun setelah TT 4

99

25 thn/seumur hidup

Sumber: Walyani, 2016. Standar Pelayanan Kebidanan.

 

6.      Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.

7.      Pemeriksaan protein urin

Untuk mengetahui adanya protein urine ibu hamil. Protein urine ini untukmendeteksi ibu hamil ke arah preeklamsi.

8.      Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL

Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) untuk mengetahui adanya Treponema Pallidum/Penyakit menular seksual, antara lain sipilis.

9.      Pemeriksaan urine reduksi

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan suami.

10.  Perawatan Payudara

Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yang ditunjukkan pada ibu hamil

11.  Senam ibu hamil

Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencegah sembelit.


 

12.  Pemberian obat malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil didaerah endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria, yaitu panas tinggi disertai menggigil.

13.  Pemberian kapsul minyak beryodium

Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium.

14.  Temu wicara

Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong oranglain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya (Walyani,2016)

 

2.2       Kehamilan

2.2.1        Konsep Dasar Kehamilan

Pengertian Kehamilan

Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua dari minggu ke-13 hingga ke-27, dan trimester ke tiga dari minggu ke-28 hingga ke-40 (Prawirohardjo, 2014).

Diagosa kehamilan merupakan lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut :

a.       Usia kehamilan kurang dar 22 sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 gr, Bila berakhir disebut Keguguran.

b.      Usia kehamilan 28 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematurus.

c.       Usia kehamilan 37 sampai 40 minggu disebut aterm.

d.      Usia kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau postdate (Manuaba, 2007).

Tanda dan gejala kehamilan

Secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat dibagi dalam tiga kategori besar yaitu tanda tidak pasti atau probablesign dan tanda-tanda kepastian hamil dan kemungkinan (Lochart, 2018).

a.       Tanda tidak pasti (Persumtif)

1.      Amenorhea (terlambat datang bulan)

2.      Mual dan muntah

3.      Mastodinia

4.      Gangguang kencing

5.      Konstipasi atau obstipasi

6.      Perubahan berat badan

7.      Perubahan warna kulit

8.      Mengidam

9.      Pingsan (pangsan)

10.  Lelah (fatigue)

b.      Tanda kemungkinan hamil (dugaan hamil)

1.      Perubahan pada uterus

2.      Tanda piskacek’s

3.      Perubahan-perubahan pada serviks

4.      Pembesaran abdomen

5.      Kontraksi uterus

6.      Pemeriksaan test biologis kehamilan

c.       Tanda pasti kehamilan

1.      Denyut jantung janin (DJJ)

2.      Gerakan janin dalam rahim

3.      Tanda Braxton-Hicks (Lochart, 2018).

Edukasi kesehatan bagi ibu hamil

a.       Kalori

Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 25.00 kalori. Jumlah kalori yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia.

b.      Protein

Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram perhari. Sumber protein tersebut dapat di peroleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran premature, anemia, dan edema.

c.       Kalsium

Kebutuhan kalsium pada ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.

d.      Zat besi

Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30mg/hari terutama setelah trimester kedua. Bila tidak ditemuka anemia pemberian zat besi perminggu cukup adekuat. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.

e.       Asam folat

Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram perhari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastic pada ibu hamil.

f.       Perawatan payudara

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka ductus dan sinus laktiferus, sebaiknya dilakukan dengan cara hati-hati dan benar karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada Rahim sehingga terjadi kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin menggunakan uterotonika. Basuhan lembut setiap hari pada areola dan putting susu akan dapat mengurangi retak dan lecet pada area tersebut.

g.      Perawatan gigi

Penjadualan untuk trimester pertama terkait dengan hyperemesis dan ptialisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga. Dianjurkan menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya carries dan gingivitis.

h.      Kebersihan Tubuh dan Pakaian

Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan, perubahan anatomik pada perut area genitalia/lipat paha, dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroorganisme. Gunakan pakaian longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu bertongkat tinggi (high hills) dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta korset penahan perut (Prawirohardjo, 2014).

 

2.3       Persalinan                                                                                         

2.3.1        Konsep Dasar Persalinan

Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2014).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Yanti,2018).

 

Tanda-tanda persalinan

a.    Lightening atau setting yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.

b.   Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c.    Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin

d.   Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut dengan false labor pains.

e.    Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah, biasa bercampur darah (bloody show).

Tanda-tanda inpartu:

a.       Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b.      Keluarnya lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.

c.       Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d.      Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Yanti,2018).

Tahapan persalinan

a.    Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan  lengkap. kala I dibagi dalam 2 fase: fase laten (pembukaan serviks 1 sampai 3 cm  atau  dibawah 4 cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase aktifpembukaan serviks) sampai10cmhinggapembukaanlengkap),membutuhkanwaktu 6 jam.

b.   Kala II atau kala pengeluaran: dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan satu jam pada multi.

c.    kala III atau kala uri: Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

d.   Kala IV atau kala pengawasan: kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Yanti,2018).

Perubahan Fisiologi persalinan

A.    Kala I (pembukaan)

1.   Perubahan hormone

2.   Perubahan pada vagina dan dasar panggul:

a.       Kala 1 menyebabkan ketuban meregang vagina bagian atas

b.      Setelah ketuban pecah terjadi perubahan vagina dan dasar panggul karena bagian depan anak

3.   Perubahan serviks menyebabkan  pendataran dan pembukaan

4.   Perubahan uterus Segmen atas dan bawah rahim

a.       Segmen atas Rahim menjadi aktif, berkontraksi, dinding bertambah tebal

b.      Segmen bawah Rahim/SBR menjadi pasif, makin tipis

c.       Sifat khas kontraksi Rahim: setelah kontraksi tidak relaksasi kembali (retraksi) dan kekuatan kontraksi tidak sama kuat, paling kuat di fundus, karena segmen atas makin tebal dan bawah makin tipis sehingga lingk retraks  fisiologi, jika SBR sangat diregang mengakibatkan lingk retraksi patologis (link bandl), lingkaran bandl merupakan ancaman robekan Rahim (Yanti,2018).

 

B.     Asuhan Persalinan Normal (APN)

Asuhan persalinan normal disusun dengan tujuan terlaksananya persalinan dan pertolongan pada persalinan normal yang baik dan benar, target akhirnya adalah penurunan angka mortalitas ibu dan bayi di indonesia (Kuswanti & Melina, 2013).

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Prawirohardjo, 2014).

Langkah-langkah dalam Asuhan Persalinan adalah sebagai berikut:

1.      Melihat adanya tanda persalinan kala dua.

2.      Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.

3.      Memakai celemek plastik.

4.      Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

5.      Menggunakan sarung tangan Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT) pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6.      Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.

7.      Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.

8.      Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah).

9.      Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10.  Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).

11.  Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12.  Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13.  Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14.  Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15.  Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dangan diameter 5-6 cm.

16.  Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

17.  Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18.  Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19.  Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.

20.  Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21.  Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara spontan.

22.  Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23.  Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan  dan siku sebelah atas.

24.  Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin.

25.  Melakukan penilaian selintas: apakah bayi menangis kuat atau bernapas tanpa kesulitan, dan apakah bayi bergerak aktif.

26.  Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk kering, membiarkan bayi diatas perut ibu.

27.  Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak adalagi bayi dalam uterus.

28.  Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

29.  Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30.  Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm  distal dari klem pertama.

31.  Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

32.  Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33.  Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

34.  Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35.  Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36.  Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan., sedangkan tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37.  Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).

38.  Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39.  Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).

40.  Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.

41.  Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

42.  Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak  terjadi perdarahan pervaginam.

43.  Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

44.  Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.

45.  Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46.  Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

47.  Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

48.  Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49.  Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

50.  Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik.

51.  Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

52.  Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53.  Membersihkan ibu dengan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.

54.  Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.

55.  Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56.  Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

57.  Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58.  Melengkapi partograf (Yanti,2018).

 

Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut adalah

1.      Membuat keputusan klinik

Mebuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Proses pengambilan keputusan klinik: pengumpulan data, diagnosis, penatalaksanaan asuhan dan perawatan, serta evaluasi.

2.      Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip asuhan sayang ibu dalam proses persalinan adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

3.      Pencegahan infeksi

Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan (Prawirohardjo, 2014).

4.      Pencatatan/Dokumentasi

Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik (memungkinkan penolong untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan). Aspek penting dalam pencatatan adalah tanggal dan waktu diberikan, identifikasi penolong, paraf dan tanda tangan penolong, mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, jelas dan dapat dibaca, ketersediaan sistem penyimpanan catatan, kerahasiaan dokumen (Hidayat& Sujiyatini, 2016).

5.      Rujukan

Pada saat ANC jelaskan bahwa petugas akan selalu memberikan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan bila terjadi penyulit. Masukkan persiapan dan informasi berikut dalam rencana rujukan : siapa yang menemani ibu, tempat rujukan, sarana transportasi, siapa pendonor darah, uang, siapa yang menemani anak di rumah, persiapan merujuk (BAKSOKUDA) (Yanti, 2018).

2.4.      Nifas

2.4.1    Konsep Dasar Asuhan Nifas

Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, 2016).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) (Wulandari dan Handayani,2016).

 

Tahapan Masa Nifas

a.    Puerperium  Dini (immediate puerperium): waktu 0-24 jam post partum. Yaitu di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. dalam agama Islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b.   Puerperium intermedial (early puerperium): waktu 1-7 hari post partum, kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c.    Remote puerperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu post Partum, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi.waktu untuk sehat bisa ber minggu-minggu, bulan atau tahun (Anggraini, 2010).

 

Perubahan Fisiologi Pada Nifas

Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis berikut.

a.    Involusi Uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses di mana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 30 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus


 

Tabel 2.3

TFU dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

 

Involusi

Tinggi Fundus Uteri

Berat Uterus

Bayi Lahir

Setinggi pusat, 2 jari di bawah pusat

1.000 gr

1 Minggu

Pertengahan pusat simfisis

750 gr

2 Minggu

Tidak teraba di atas simfisis

500 gr

6 Minggu

Normal

50 gr

8 Minggu

Normal seperti sebelum hamil

30 gr

Sumber:Gavi, 2015.

 

b.   Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Pemeriksaan lochea meliputi perubahan warna dan bau karena lochea memiliki ciri khas: bau amis atau khas darah dan adanya bau busuk menandakan adanya infeksi. Jumlah total pengeluaran seluruh periode lochea rata-rata kira-kira 240–270 ml (Gavi, 2015).

Pengeluaran lochea dapat dibagiberdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada table berikut ini.


 

Tabel 2.4

Lochea

 

Lochea

Waktu

Warna

Ciri-ciri

Rubra (cruenta)

1-3 hari

Merah kehitaman

Terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan sisa mekonium.

Sanguinolenta

4-7 hari

Merah kecoklatan

dan berlendir

Sisa darah bercampur lendir.

Serosa

7-14 hari

Kuning kecoklatan

Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan/laserasi plasenta.

Alba

>14hari berlangsung 2-6 minggu

Post Partum

Putih

Mengandung leukosit, sel desidua dan sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati

Lochea purulenta

 

 

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

Lochea stasis

 

 

Lochea tidak lancar keluarnya

Sumber: Anggraini, 2010.

 

c.    Proses Laktasi

Sejak masa hamil payudara sudah memproduksi air susu di bawah kontrol beberapa hormon, tetapi volume yang diproduksi masih sangat sedikit. Selama masa nifas payudara bagian alveolus mulai optimal memproduksi air susu (ASI). Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), di mana beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya semua saluran yang besar ini memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot yang apabila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

1.      Jenis-Jenis ASI

a)      Kolostrum: cairan pertama yang dikeluarkan oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai dengan hari ke-3, berwarna kuning keemasan,  mengandung protein tinggi rendah laktosa

b)      ASI Transisi: keluar pada hari ke 3–8; jumlah ASI meningkat tetapi protein rendah dan lemak, hidrat arang tinggi.

c)      ASI Mature: ASI yang keluar hari ke 8–11 dan seterusnya, nutrisi terus berubah sampai bayi 6 bulan.

2.      Beberapa Hormon yang Berperan dalam Proses Laktasi

a)      Hormon Prolaktin

Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu. Semakin sering dihisap bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu, payudara juga akan berhenti memproduksi ASI.

b)      Hormon Oksitosin

Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara. Di payudara, hormon oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI yang diproduksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui pembuluh menuju muara saluran ASI. Kadangkadang, bahkan ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks pelepasan ASI (Gavi, 2015).

Perubahan Psikologi Ibu Nifas

a.       Fase TakingIn

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya.

b.      Fase TakingHold

Fase ini berlangsung antara 3–10  hari setelah melahirkan. Pada fase takinghold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnyadalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

c.       Fase LettingGo

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini (Gavi, 2015).

Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas.

Tabel 2.5

Perbandingan kebutuhan zat gizi pada wanita tidak hamil, hamil dan menyusui

 

Makanan

Normal

Hamil

Menyusui

Kalori (kal)

2250

2500

2725

Protein (gram)

60

85

100

Kalsium (gram)

0,8

1,5

2

Ferum (fe) (mg)

12

15

15

Vitamin A (IU)

5000

6000

8000

Vitamin B (mg)

1,5

1,8

2,3

Vitamin C (mg)

70

100

150

Vitamin D (Sf)

2,2

2,5

3

Asam nikotin

-

600

700

Riboflavin

15

18

23

Sumber    :    Handayani,2016..Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media

 

 

2.4.2    Asuhan Nifas

a.       Pengkajian data Fisik: Data yang dikaji meliputi data subjektif dan objektif.

b.      Merumuskan Diagnosis/Masalah Aktual/Masalah Potensial

Setelah memperoleh data adalah melakukan analisi data dan interpretasi sehingga didapatkan rumusan diagnosis. Berdasarkan data yang diperoleh, bidan akan memperoleh kesimpulan apakah masa nifas ibu normal atau tidak. Kemungkinan masalah yang dialami ibu adalah sebagai berikut:

1.      Masalah nyeri

2.      Masalah infeksi

3.      Masalah cemas, perawatan perineum, payudara, ASI eksklusif

4.      Masalah kebutuhan KB, gizi, tanda bahaya, senam, menyusui.

Bidan juga harus mendeteksi masalah yang mungkin timbul pada ibu dengan merumuskan masalah potensial. Kemungkinan masalah potensial yang dialami ibu adalah sebagai berikut:

1.      Gangguan perkemihan

2.      Gangguan BAB

3.      Gangguan hubungan seksual

c.       Merencanakan Asuhan Kebidanan

Berdasarkan diagnosis yang didapat, bidan dapat merencanakanasuhan pada ibu. Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya (pengkajian data dan perumusan diagnosis)

d.      Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pelaksanaan asuhan kebidanan dapat dilakukan dengan tindakan mandiri atau kolaborasi. Perlu juga pengawasan pada masa nifas untuk memastikan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. Berikan pendidikan/penyuluhan sesuai dengan perencanaan. Pastikan bahwa ibu telah mengikuti rencana yang telah disusun. Oleh karena itu dalam memberikan pelayanan bidan harus mendiskusikan dengan ibu dan keluarga sehingga pelaksanaan asuhan menjadi tanggung jawab bersama.


 

e.       Evaluasi dan Asuhan Kebidanan

Evaluasi dan asuhan kebidanan diperlukan untuk mengetahui keberhasilan yang diberikan. Evaluasi keefektifan yang diberikan apakah tindakan yang diberikan sudah sesuai dengan perencanaan. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Evaluasi dapat dilakukan saat ibu melakukan kunjungan ulang. Saaat itu bidan dapat melakukan penilaian keberhasilan asuhan (Anggraini,2010).

 

2.5.      Bayi Baru Lahir

2.5.1    Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan usia kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-40 minggu (Tando,2016).

 

Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir terhadap Kehidupan di Luar Uterus

a.       Adaptasi pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktifitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma, serta otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat didalamnya, sehingga tersisa 80-100ml. setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan udara (Tando,2016).

b.      Adaptasi kardiovaskular

Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup

c.       Adaptasi Termoregulasi dan Metabolik

Sesaat setelah bayi lahir, ia akan berada ditempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25˚C, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200 kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya sepersepuluh dari pada yang tersebut diatas dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2˚C dalam waktu 15 menit. Suhu lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin (cold injury serta merawatnya di dalam Natural Thermal Environment (NTE), yaitu suhu lingkungan rata-rata dimana produksi panas, pemakaian oksigen, dan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi normal (Tando,2016).

d.      Adaptasi Neurologis

Sistem neurologis bayi secara anatomik dan fisiologis belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas. Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal.

e.       Adaptasi Gastrointestinal

Oleh karena kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 ml akan menurun menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120 mg/100 ml. bila perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi mengalami hipoglikemia.


 

f.       Adaptasi ginjal

Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus. Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespon terhadap stre

ssor. Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan ketidak seimbangan cairan. Sebagian bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama; setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam (Tando,2016).

 

2.5.2    Asuhan  Kebidanan pada  Bayi  Baru Lahir

Langkah 1. Pengkajian data

a.       Pengkajian setelah lahir

Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus yaitu dengan penilaian APGAR.

Hasil nilai apgar skor dinilai setiap variabel dinilai dengan angka 0,1,2, nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut:

1.      Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik (vigrousbaby)

2.      Nilai 4-6 menunjukkan bahwa bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan resusitasi

3.      Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi (mitayani, 2016).

b.      Pengkajian data fisik

Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain:

1.      Pemeriksaan umum

Pengukuran antopometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keaadaan normal berkisar 33-35 cm, lingkar dada 30,5-33cm, panjang badan 45-50 cm, berat badan bayi 2500 gram sampai 4500 gram.

Prosedur pengukuran Antthopometri diuraikan sebagai berikut:

a.       Penimbangan berat badan

Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ketitik nol sebelum penimbangan. Hasil penimbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi

b.      Pengukuran panjang badan

Letakkan bayi ditempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepalasampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.

c.       Ukur lingkar kepala

Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.

d.      Ukur lingkar dada

Ukur lingkar dada dari daerah dada kepunggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua putting susu) (Mitayani, 2016).

2.      Pemeriksaan tanda vital

a.       Suhu tubuh: normal berkisar antara 36,5˚C- 37,5˚C pada pengukuran diaxila

b.      Nadi : normal berkisar 120-140 kali permenit

c.       Pernapasan : pernapasan bervariasi dari 30-60 kali permenit

d.      Tekanan darah : rata-rata tekanan darah pada waktu lahir adalah 80/46 mmHg (Mitayani, 2016).

3.      Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to too)

a.       Kepala

Periksa adanya trauma kelahiran misalnya:caputsuksedaneum, sefalhematoma, perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti: anensefali,  mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.

b.      Telinga

Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan, tulangrawan sudah matang.daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas.

c.       Mata

Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.Periksa adanya glaukoma kongenital, mulainya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea, katarak kongenital akan mudah terlihatyaitu pupil bewarna putih, pupil harus tampak bulat, adanya sekret pada mata.

d.      Hidung atau mulut

Bibir bayi harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Bibir di pastikan tidak adanya sumbing, dan langit-langit tertutup. Refleks hisap bayi harus bagus, dan berespon terhadap rangsangan. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.

e.       Leher

Periksa adnya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis. Dan periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.

f.       Dada

Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas, apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafrakmatika. Pernapasan yang normal didinding dada dan dada abdomen bergerak secara bersamaan.

g.      Bahu, Lengan dan Tangan

Gerakan normal, kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Telapak tangan harus dapat terbuka, periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.

h.      Perut

Perut harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya eterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten.

i.        Kelamin

Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol. Pada bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis.

j.        Ekstremitas atas dan bawah

Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang simetris. Refleks menggenggam normalnya ada. Ekstremitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik, Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.


 

k.      Punggung

Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan,lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.

l.        Kulit

Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan tubuh bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda-tanda lahir. Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.

m.    Refleks

1.      Rooting dan menghisap

Bayi baru lahir menolehkan kearah stimulus, membuka mulut dan mulai menghisap bila pipi, bibir atau sudut mulut disentuh dengan jari atau putting susu.

2.      Menelan

Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan menghisap bila cairan ditaruh dibelakang lidah

3.      Ekstrusi

Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau putting susu.

4.      Moro

Ekstensi simetris bilateral dan abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf C diikuti dengan aduksi ekstremitas dan kembali ke fleksi relaksi jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan telentang pada permukaan yang datar.

5.      Terkejut

Bayi melakukan abduksi dan fleksi seluruh ekstremitas dan dapat menangis bila mendapat gerakan mendadak atau suara keras


 

6.      Glabellar/blink

Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketuk pertama pada batang hidung pada saat mata terbuka (Mitayani, 2016).

 

2.6       Keluarga Berencana

2.6.1    Konsep Dasar Keluarga Berencana

Pengertian Program Keluarga Berencana

Suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Arum dan Sujiyanti,2016).

Tujuan Program KB

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatun keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

Tujuan program KB secara filosofis adalah:

1.   Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk indonesia.

2.   Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Arum dan Sujiyanti,2016).

Metode kontrasepsi modern

Keberhasilan metode kontrasepsi ini 80 sampai 98% dan tergantung pada penggunaan yang tepat. Salah satu jenis metode dari alat kontrasepsi ini adalah:

Metode Kontrasepsi Suntik .

Sesuai dengan asuhan yang diberikan kepada Ny.S maka alat kontrasepsi yang akan di berikan adalah :               

KB Suntik Depo-Provera

            Depo-provera ialah 6-alfa-metroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parental, mempunyai efek progesteron yang kuat dan sangat efektif, obat ini termasuk obat depot. Depo-provera sangat cocok untuk program post partum karena tidak mengganggu laktasi.


 

1.    Cara kerja

Penghambatan pelepasan LH (Luteinizing Hormone) dan perintangan ovulasi serta pengentalan lendir servik.

2.    Interaksi obat

Aminoglutethimide (cytadren) mungkin dapat meningkatkan eliminasi dan medroxyprogesteron lewat hati dengan menurunkan konsentrasi  medroxyprogesteron dalam hati dan memungkinkan pengurangan efektivitas medroxyprogesteron.

3.    Cara penyimpanan

Disimpan dalam suhu 20-25˚C

4.    Cara pemberian

a.         Setelah melahirkan: 6 minggu pasca salin.

b.        Setelah keguguran: segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi).

c.         Dalam masa haid: hari pertama sampai hari ke-5 masa haid.

d.        Lokasi penyuntikan dengan i.m sampai daerah gluteus daerah bokong/pantat, dan daerah otot dan lengan atas.

5.    Efektivitas

Keberhasilannya praktis 99,7%.

6.    Indikasi

a.         Klien menghendaki kontrasepsi jangka panjang.

b.        Klien telah mempunyai anak sesuai harapan, tetapi saat ini belum siap.

c.         Klien yang menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari.

d.        Klien yang menyusui.

e.         Klien yang mendekati masa menopause.

7.    Kontra indikasi

a.         Sedang hamil.

b.        Ibu yang menderita sakit kuning (Liver).

c.         Kelainan jantung.

d.        Mengidap tekanan darah tinggi.

e.         Kanker payudara.

8.    Efek samping.

Menjadi kacaunya pola pendarahan, terutama pada bulan-bulan pertama dan sudah 3-12 bulan umumnya berhenti dengan tuntas, seringkali badan bertambah 2-3 kg waktu 2 bulan karena pengaruh hormon, yaitu progesteron.

9.    Kerugian.

a.         Gangguan haid

b.        Permasalahan BB

c.         Terlambatnya kembali kesuburan setelah perhentian pemakaian

d.        Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libidao, gangguan emosi, sakit kepala, dan jerawat (Arum dan Sujiyanti,2016).

 

 

 

No comments:

LightBlog
LightBlog