Asuhan persalinan normal disusun dengan tujuan terlaksananya persalinan dan pertolongan pada persalinan normal yang baik dan benar, target akhirnya adalah penurunan angka mortalitas ibu dan bayi di indonesia (Kuswanti & Melina, 2013).
Tujuan
asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Prawirohardjo,
2014).
Langkah-langkah
dalam Asuhan Persalinan adalah sebagai berikut:
1.
Melihat adanya
tanda persalinan kala dua.
2.
Memastikan
kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan
memasukkan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.
3.
Memakai celemek
plastik.
4.
Memastikan lengan
tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
5.
Menggunakan sarung
tangan Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT) pada tangan kanan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam.
6.
Mengambil alat
suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan
kembali kedalam wadah partus set.
7.
Membersihkan vulva
dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8.
Melakukan
pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah
pecah).
9.
Mencelupkan tangan
kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10.
Memeriksa Denyut
Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas
normal (120-160 x/menit).
11.
Memberitahu ibu
pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat
ada his apabila ibu sudah merasa
ingin meneran.
12.
Meminta bantuan
keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his, bantu
ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13.
Melakukan pimpinan
meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14.
Menganjurkan ibu
untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15.
Meletakkan handuk
bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dangan diameter 5-6 cm.
16.
Meletakkan kain
bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17.
Membuka tutup
partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18.
Memakai sarung
tangan DTT pada kedua tangan
19.
Saat kepala janin
terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk
mengeringkan janin pada perut ibu.
20.
Memeriksa adanya
lilitan tali pusat pada leher janin.
21.
Menunggu hingga
kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara spontan.
22.
Setelah kepala
melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23.
Setelah bahu lahir,
geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan
dan siku sebelah
atas.
24.
Setelah badan dan
lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah
janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara
kedua lutut janin.
25.
Melakukan penilaian
selintas: apakah bayi menangis kuat atau bernapas tanpa kesulitan, dan apakah
bayi bergerak aktif.
26.
Mengeringkan tubuh
bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk kering, membiarkan
bayi diatas perut ibu.
27.
Memeriksa kembali
uterus untuk memastikan tidak adalagi bayi dalam uterus.
28.
Memberitahu ibu
bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29.
Dalam waktu 1 menit
setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30.
Setelah 2 menit
pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada
2 cm distal dari klem pertama.
31.
Dengan satu tangan,
pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32.
Mengikat tali pusat
dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33.
Menyelimuti ibu dan
bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34.
Memindahkan klem
pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35.
Meletakkan satu
tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
36.
Setelah uterus
berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan., sedangkan tangan
kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37.
Melakukan
penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
38.
Setelah plasenta
tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu
(terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput
ketuban.
39.
Segera setelah
plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan)
pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan
bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras).
40.
Periksa bagian
maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam
kantong plastik yang tersedia.
41.
Evaluasi
kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
42.
Memastikan uterus
berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
43.
Membiarkan bayi
tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44.
Setelah satu jam,
lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis,
dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45.
Setelah 1 jam
pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan
anterolateral.
46.
Melanjutkan
pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47.
Mengajarkan
ibu/keluarga cara melakukan masase
uterus dan menilai kontraksi.
48.
Evaluasi dan
estimasi jumlah kehilangan darah.
49.
Memeriksa nadi ibu
dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan
dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50.
Memeriksa kembali
bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik.
51.
Menempatkan semua
peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52.
Buang bahan-bahan
yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53.
Membersihkan ibu
dengan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian bersih dan kering.
54.
Memastikan ibu
merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
55.
Dekontaminasi
tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56.
Membersihkan sarung
tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepas sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
57.
Mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir.
58.
Melengkapi
partograf (Yanti,2018).
Terdapat
lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang
bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut adalah
1.
Membuat keputusan
klinik
Mebuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan
untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Proses pengambilan
keputusan klinik: pengumpulan data, diagnosis, penatalaksanaan asuhan dan
perawatan, serta evaluasi.
2.
Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai
kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip asuhan sayang ibu dalam
proses persalinan adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama
proses persalinan dan kelahiran bayi.
3. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari
komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan (Prawirohardjo, 2014).
4.
Pencatatan/Dokumentasi
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat
keputusan klinik (memungkinkan penolong untuk terus menerus memperhatikan
asuhan yang diberikan). Aspek penting dalam pencatatan adalah tanggal dan waktu
diberikan, identifikasi penolong, paraf dan tanda tangan penolong, mencakup
informasi yang berkaitan secara tepat, jelas dan dapat dibaca, ketersediaan
sistem penyimpanan catatan, kerahasiaan dokumen (Hidayat& Sujiyatini,
2016).
5.
Rujukan
No comments:
Post a Comment